Jay Abraham - Income-Building Home Study System Package (eBook)

Minggu, 15 Juli 2007

Hari Keenam - 7 Area Keseimbangan Hidup


Hari Keenam
KARIR


Mencari cara untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik di dalam profesi ataupun karir

Terkadang dalam karir atau profesi kita, kita merasa karir kita sudah mentok. Kita merasa bahwa itulah puncak karir kita dan kita boleh berpuas diri karena di situlah batas kemampuan kita. Apakah memang demikian?

Coba bandingkan dengan cerita berikut :

Kutu anjing adalah binatang yang mampu melompat 300 kali tinggi tubuhnya.

Namun, apa yang terjadi bila ia dimasukan ke dalam sebuah kotak korek api kosong lalu dibiarkan di sana selama satu hingga dua minggu?

Hasilnya, kutu itu sekarang hanya mampu melompat setinggi kotak korek api saja!
Kemampuannya melompat 300 kali tinggi tubuhnya tiba-tiba hilang.

Ini yang terjadi. Ketika kutu itu berada di dalam kotak korek api ia mencoba melompat tinggi. Tapi ia terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi dan terbentur lagi. Terus begitu sehingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri.

Ia mulai berpikir, "Sepertinya kemampuan saya melompat memang hanya segini."

Kemudian loncatannya disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. AMAN.
Dia tidak membentur.

Saat itulah dia menjadi sangat yakin, "Nah benar kan? Kemampuan saya memang cuma segini. Inilah saya!"

Ketika kutu itu sudah dikeluarkan dari kotak korek api, dia masih terus merasa bahwa batas kemampuan lompatnya hanya setinggi kotak korek api.

Sang kutu pun hidup seperti itu hingga akhir hayat.

Sumber : Unknown

1. Melakukan analisis pribadi terhadap kinerja pekerjaan secara mingguan maupun bulanan. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi apakah yang kita kerjakan sudah mengarahkan kita ke cita-cita atau tujuan atau mimpi kita. Karena apabila kita tidak pernah melihat apa yang sudah dan sedang kita kerjakan, niscaya kita akan tenggelam terus menerus dalam aktivitas tersebut tanpa mampu keluar dari dalamnya. Akhirnya, pekerjaan tersebut akan menjadi suatu rutinitas yang menjemukan, menjadi suatu kebiasaan, menjadi suatu pola hidup dan kita akan merasa nyaman tanpa mau berusaha lebih.

Pernah mendengar pepatah “Orang Gila adalah orang yang mengharapkan hasil lebih tapi melakukan hal yang sama terus menerus”. Contoh : seorang salesman bulan ini jualan 4 unit motor dengan mengunjungi 1 klien selama seminggu. Apakah mungkin dia di bulan berikut berjualan 8 unit jika tetap mengunjungi 1 klien selama seminggu?

Ambil contoh di atas, jika salesman tersebut bercita-cita menjadi seorang Sales Manager, apakah dengan hanya berjualan 4 unit motor per bulan, dia bisa mencapai cita-cita nya tersebut?

2. Mengorganisasi, merencanakan dan menjalankan dengan kinerja yang memuaskan dengan menerapkan manajemen pengelolaan waktu dan prinsip-prinsip menetapkan sasaran/target.

Goal anda harus S.M.A.R.T, yaitu:
Spesific : Spesifik/jelas – saya ingin menjadi Manajer Pemasaran bukan saya ingin menjadi Manager atau saya ingin take home pay per bulan Rp 5 juta bukan saya ingin penghasilan yang banyak.
Measurable : Terukur – untuk menjadi Manajer Pemasaran saya harus berinvestasi setiap bulannya Rp 300 rb utk training/ikut seminar, Rp 100 rb utk beli buku-buku/ cd/ film yang berhubungan dengan pengembangan soft skills, dll selama jangka waktu 2 tahun. Dalam jangka waktu 2 tahun, saya harus menguasai skill memotivasi bawahan, skill mengoperasikan MS office, skill berkomunikasi, dll.
Attainable : Dapat dicapai – Sales Manager bukanlah cita-cita yang tidak dapat dicapai karena misalkan saya mencintai marketing, saya suka memotivasi rekan kerja, saya suka berkomunikasi, saya menguasai strategi pemasaran, dll.
Realistic : Realistis – untuk mencapai posisi sebagai Sales Manager perlu waktu 3 tahun tapi itu realistis untuk dicapai. Posisi tersebut realistis untuk dicapai tapi cukup menantang kita untuk mencapainya.
Time Limit : Ada batas waktu – artinya untuk mencapai posisi tersebut harus ada batas waktu, misalkan dalam 2-3 tahun. Jangan menetapkan target tersebut untuk seumur hidup, artinya jika dicapai yah bagus jika tidak dicapai yah tidak apa-apa.

3. Menghadiri kursus dan seminar-seminar mengenai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian.
Sudah tidak jamannya lagi mengharapkan perusahaan atau pihak lain bertanggung jawab atas pengembangan diri kita. Contoh : “jelas aja metodenya konvensional karena karyawan tidak pernah di training di luar”. Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karier ada di tangannya sendiri.
Perusahaan tidak pernah membayarkan saya untuk mengikuti training, tetapi dengan training yang saya investasikan sendiri, paling tidak saya sudah mengisi diri saya dengan pengalaman-pengalaman positif baru secara emosional dan spiritual.

Coba Anda bayangkan sebuah gergaji yang dipakai untuk menebang pohon secara terus menerus. Jika tidak diasah/ dirawat, setelah 2-3 bulan apa yang terjadi? Gergaji tersebut tidak akan bisa lagi menebang pohon secepat ketika dia masih tajam/ sesudah diasah.

4. Membaca buku, majalah dan catatan-catatan yang berhubungan dengan profesi pekerjaan.
Output/ tingkah laku/ kebiasaan seseorang didasarkan pada input/ pengalaman/ pelajaran yang diterimanya. Jika kita setiap hari mendengar berita kekerasan, perampokan, pembunuhan, mutilasi di Koran tanpa diimbangi dengan input yang positif, dipastikan output kita akan mudah cemas, takut keluar rumah, antipati terhadap orang lain, cuek, tidak ramah, dsb nya.

Gunakan teknik speed reading seperti scanning, untuk menyerap bacaan dalam waktu singkat, mengingat banyaknya materi bacaan sehubungan dengan industri dan profesi yang kita tekuni tidak bisa kita cerna semuanya.

Paksakan diri untuk mengingat dan mengotak-atik data dan fakta karena sampai kapan pun sebagai seorang professional, kita perlu fakta dan data bila ingin mengambil keputusan atau memecahkan masalah.

5. Berkonsultasi dengan atasan, rekan sekerja, dan pembimbing mengenai pengembangan karir dan profesi.

Ini bukanlah menjilat. Saya pernah mempraktekkan hal ini. Dengan melakukan ini, saya jadi tahu dengan lebih jelas ‘career path’ saya, bagaimana cara untuk mencapainya, skills dan knowledge seperti apa yang diperlukan untuk mencapainya, dsbnya. Hal ini sangat membantu untuk mengevaluasi apakah saya sudah lebih dekat dengan cita-cita atau mimpi saya pada poin 1 di atas. Kebanyakan orang tidak pernah berkonsultasi tentang pengembangan karirnya dengan atasannya akibatnya dia akan berjalan seperti seorang musafir di padang gurun tanpa penunjuk arah yang jelas tapi dia tetap berjalan sampai akhir hayatnya.

Jangan pernah berhenti berinvestasi pada diri kita masing-masing, niscaya orang lain, pihak lain, perusahaan juga tidak akan ragu-ragu untuk berinvestasi pada diri kita. Amin.

Salam sukses untuk Anda!

Read More..