Jay Abraham - Income-Building Home Study System Package (eBook)

Jumat, 14 Mei 2010

Kalau saya memakai tag TRY HARDER...


Beberapa waktu yang lalu, saya bersama istri makan siang di foodcourt sebuah mall. Istri memutuskan untuk membeli makan siangnya di counter sebuah waralaba ternama sementara saya memesan nasi goreng di counter lainnya. Untuk minumnya istri memesan mocca float (campuran milo, kopi, dan whipped cream). Karena sedang hamil istri meminta kalau bisa jangan dicampur kopi tetapi cukup milo dan whipped cream saja. Pegawainya menjawab "TIDAK BISA! Kalau ga suka ga usah mesan!" dan malah dengan sengaja memberikan porsi kopi yang cukup banyak sehingga (menurut saya yang mencicipinya juga) kopinya terasa banget.

Istri saya curhat dan katanya ada sesuatu yang menarik perhatiannya, yaitu ternyata karyawan tersebut mengenakan tag "TRY HARDER".

Hmmm...sesuatu yang menarik perhatian saya dan siang itu kami habiskan dengan mendiskusikan PERILAKU pegawai tersebut. YA, BETUL...PERILAKU dan bukannya IDENTITAS DIRI orang tersebut karena yang namanya PERILAKU seringkali tidak menggambarkan NIAT yang sebenarnya dari orang tersebut. Bisa jadi karena PETA MENTAL atau MAP atau PILIHAN yang tersedia hanya sedikit (terbatas) sehingga pegawai tersebut berperilaku atau bertindak seperti itu.

Contoh:
Orang mengemis karena mungkin PETA MENTAL atau MAP atau PILIHAN yang tersedia terbatas sehingga dia mengemis. Bagaimana dengan mereka yang mempunyai PETA MENTAL atau MAP atau PILIHAN yang lebih banyak? Mereka bisa bekerja, bisa berwirausaha untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan?

Kembali ke tag TRY HARDER tadi...
Semoga tag tersebut hanyalah untuk menunjukkan PERILAKU orang tersebut bahwa dia harus berusaha dan berperilaku dengan lebih EFEKTIF dan KREATIF.

Sebaliknya tag tersebut dapat menjadi IDENTITAS DIRI bahwa dia adalah seorang pecundang atau loser, pemalas, yang pasif, dan lain sebagainya.

Dapat menjadi IDENTITAS DIRI lewat 2 cara: Pertama, lewat persepsi orang yang memberikan label tersebut atau persepsi para pelanggan yang membaca tag tersebut. Kedua, lewat realita yang diadaptasi atau diterima oleh mereka yang dilabeli (dalam hal ini adalah pegawai tersebut).

Pelanggan yang percaya bahwa pegawai dengan tag TRY HARDER adalah judes, kasar, lamban akan melihat dan merasakan pegawai tersebut memang judes, kasar, lamban, dan semua stempel negatif lainnya lewat fokus, distorsi, dan generalisasi di pikirannya. Istri saya bahkan sempat mengatakan: "Pantasan saja dia seperti itu karena dia memakai tag TRY HARDER" :) Persepsi, perkataan, dan perlakuan orang lain bisa jadi semakin menguatkan IDENTITAS DIRI tersebut.

Dan kalau pegawai tersebut percaya bahwa dia memang layak dilabeli TRY HARDER dan dia adalah seorang yang judes, kasar, dan lamban maka dia akan mewujudkan IDENTITAS DIRI ini lewat pikiran, perasaan, dan perilaku atau tindakannya.

Tentunya yang dianjurkan adalah tidak mempermasalahkan apakah label mengenai IDENTITAS DIRI tersebut BENAR atau SALAH tetapi apakah label tersebut menuntun dan membawa kita ke sesuatu yang berMANFAAT dan yang kita INGINkan.

Dalam hal ini mungkin lebih berMANFAAT kalau tag TRY HARDER saya persepsikan sebagai sebuah feedback agar saya memilih perilaku dan tindakan lain seperti lebih ramah, lebih sopan, lebih cekatan, lebih rajin, dan lain sebagainya dibandingkan mempercayai tag tersebut bahwa saya adalah orang yang judes, kasar, lamban, malas, dan lain sebagainya.

Selamat memilih...Selamat berkarya...Happy Friday sahabat-sahabatku :)


Putera Lengkong, MBA, LMNLP, CHt
www.PuteraLengkong.net/?p=347

Read More..

Minggu, 09 Mei 2010

Mau Menjadi PROAKTIF?


Pernahkah rekan-rekan yang terkasih menghitung waktu yang dihabiskan untuk/di pekerjaan? Ada yang menghabiskan 8 jam, 10 jam, hingga 12 jam sehari, dan ditambah lagi dengan waktu yang dihabiskan untuk menuju/pulang ke/dari tempat kerja.

SURPRISE? Ternyata LEBIH dari separuh waktu dalam sehari kita habiskan di/untuk pekerjaan kita. Kalau demikian, mengapa kita tidak berusaha untuk memberikan yang terbaik dari pikiran, perasaan, ucapan, tindakan, perilaku, tenaga, waktu, pengetahuan, keterampilan, kompetensi, pengalaman, semangat, jiwa dan raga untuk/di pekerjaan tersebut?

Seringkali beberapa rekan sharing bahwa mereka cukup bekerja seadanya saja: bulan pertama tidak masuk target, menyalahkan produk yang jelek ataupun harga yang terlalu mahal; bulan kedua tidak masuk target, beralasan situasi kondisi perekonomian yang lesu dan membenarkan diri karena rekan yang lain juga kebanyakan tidak mencapai target; bulan ketiga tidak masuk target, pindah ke perusahaan lain. Demikian seterusnya. Hingga sekarang, mereka masih tetap saja sebagai seorang Sales Person ‘abadi’ (posisinya tetap itu-itu saja selama 10 tahun).

Rekan yang lain yang duduk di back office komplain selama 5 tahun bekerja tetapi tidak naik jabatan dan kenaikan gaji yang relatif kecil. Ternyata rekan inipun mempunyai belief bahwa “ngapain kerja setengah mati toh hasilnya juga untuk perusahaan”. Kalau begitu, koq dia ga buka usaha sendiri ya, hasilnya bisa FULL untuk dia sendiri

Ketika diundang oleh atasan dari rekan saya ini untuk memberikan pelatihan in-house, feedback yang saya terima cukup mengejutkan. Rekan saya ini bahkan hampir diputuskan untuk di-PHK karena semangat kerja dan kompetensinya biasa-biasa saja. Atasannya mengatakan kalau standarnya seperti ini, masih BANYAK orang di luar sana yang MAU dan BISA melakukan LEBIH dibanding teman saya ini.

Singkat cerita, TNA menyimpulkan bahwa para karyawan memerlukan topik “BE PROACTIVE”.

Secara SEDERHANA, untuk menjadi PROAKTIF tidak perlu teori yang rumit, keterampilan yang tinggi, tetapi cukup dengan SECARA KONSISTEN menanyakan ke dalam diri sendiri: “Apa lagi EXTRA yang BISA saya LAKUKAN untuk pekerjaan saya ini, yang membedakan saya dengan karyawan lainnya?”

Kalau semua orang bisa menggunakan MS Office, terus apa yang membedakan mereka dengan Anda? Anda mungkin bisa dipakai kalau Anda lebih cepat, lebih terampil, lebih ringkas, dlsbnya. PERHATIKAN kata kuncinya: “LEBIH…, LEBIH…, LEBIH…”

Kalau semua orang bisa menjual, apa yang membedakan mereka dengan Anda? Anda yang dipilih karena mungkin Anda menjual lebih banyak, lebih ramah, lebih peduli kepada pelanggan, lebih tertib administrasi, lebih kreatif, lebih komunikatif, dll.

Seringkali hanya PERBEDAAN KECIL yang membedakan Anda dari kerumunan yang banyak. Seorang atlit lari pemegang medali EMAS Olimpiade hanya selisih sekian milidetik dengan peraih PERAK, bukan?

Kalau Anda selama ini terbiasa, ketika diminta untuk melakukan pembelian mobil perusahaan, hanya meminta list dari beberapa dealer dan menyerahkan kepada atasan untuk memutuskannya,

MULAI DARI SEKARANG, COBA ANDA LAKUKAN:

1. Mencari tahu TUJUAN pembelian mobil tersebut. Dari sini Anda bisa memilah spesifikasi yang kira-kira cocok untuk kebutuhan tersebut (tentunya disesuaikan dengan budget atau sumber daya yang tersedia).
2. Memilih beberapa dealer dan list harganya, melakukan analisis perbandingan yang meliputi: fasilitas cicilan (rate bunga, tenor), layanan purna jual, fasilitas jaringan 3S (Sales-Service-Spare Parts), lokasi dealer, dlsbnya.
3. Dari analisis tersebut, Anda bisa merekomendasikan pilihan yang TERBAIK menurut persepsi Anda.

MUDAH, bukan?! Dan harus disertai dengan pembelajaran dan pembiasaan

MANFAATnya apa yah untuk saya kalau saya melakukan hal tersebut?

Banyak sekali MANFAATnya, diantaranya:
1. Kesempatan bagi Anda untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi, bukan? Untuk menunjukkan bahwa Anda berbeda dari kerumunan yang ada.
2. Kesempatan memperoleh latihan membuat keputusan. Apakah Anda mau terus-menerus pada posisi Anda yang sekarang? Semakin tinggi posisi seseorang, orang tersebut semakin dituntut untuk melakukan DECISION MAKING yang EFEKTIF dan KREATIF. Anda bisa menggunakan ini untuk mulai berlatih dari sekarang, bukan?

Selamat menjadi PROAKTIF! SUKSES selalu untuk Anda!


Happy Monday,

Putera Lengkong, MBA, CHt
www.PuteraLengkong.net/?p=326

Read More..