Jay Abraham - Income-Building Home Study System Package (eBook)

Kamis, 03 Juni 2010

Sejauh mana POTENSI DIRI anda?


Menarik untuk mengamati peristiwa atau kejadian yang kita alami setiap harinya dan bingkai ke konteks yang lebih luas dan bermanfaat dalam kehidupan kita. Tadi pagi ketika mandi dengan shower, pertama-tama saya mengangkat tuas kerannya dan air mulai mengucur. Biasanya air yang mengucur sangatlah deras dan kencang tetapi koq pagi ini terasa pelan dan sedikit. Dan saya tetap meneruskan mandi sambil berkata dalam hati "ah palingan bentar lagi air akan kembali mengucur dengan deras". Tetapi sampai selesai sabunan, debit air masih tetap kecil dan pelan.

Ketika diletakkan dalam konteks kehidupan atau pekerjaan, seringkali orang melakukan sesuatu berdasarkan kebiasaan (habit), pengalaman, pengetahuan dan keterampilan, belief ataupun nilai-nilai yang dipercayainya. Karena sudah merasa NYAMAN maka mereka terus-menerus melakukannya walaupun seringkali hasil yang dicapai tidak optimal. Mereka berharap dengan terus-menerus melakukan hal yang sama maka keadaan bisa tiba-tiba berubah. Parahnya, mereka menganggap kebiasaan, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan, serta belief yang dimiliki adalah satu-satunya cara atau kebenaran yang mutlak. Mungkin ini yang menjawab mengapa banyak karyawan yang rajin dan tekun bekerja selama 5 tahun, bahkan lebih, tetapi tidak mendapatkan kenaikan gaji, promosi jabatan, ataupun karir seperti yang diidamkan. Mungkin karena mereka terus-menerus dengan bersemangat, rajin, dan tekun mengerjakan hal-hal yang SALAH atau kurang berMANFAAT. Familiar dengan pernyataan ini? :)

Karyawan yang rajin datang pagi belum tentu menjadikan dia lebih dibanding rekan-rekan lainnya ketika dia datang lebih pagi hanya untuk bermain game ataupun chatting. Karyawan yang sering lembur dan terus-menerus pulang malam belum tentu menjadikan dia lebih berprestasi dibanding rekan-rekan lainnya ketika ternyata dia tidak mampu mengorganisir pekerjaannya dengan lebih EFEKTIF, waktu yang ada dipakai untuk gosip, ataupun mengerjakan hal-hal yang kurang relevan dan bukan prioritas.

Kembali ke peristiwa mandi tadi, yang terjadi saya membiarkan dan berharap agar air segera mengucur deras dan kencang kembali. Yang terjadi: air tetap mengucur pelan dan sedikit :) What do you expect? Di dalam konteks kehidupan dan pekerjaan, seringkali orang berharap dan berdoa agar segala sesuatunya kembali normal tanpa mau berusaha lebih EFEKTIF dan KREATIF. Apa yang terjadi? Ternyata kehidupan tetap tidak BERUBAH. Contoh: ketika mengambil keputusan, seringkali orang suka menunda dan membiarkan suatu permasalahan terpecahkan sendiri seiring dengan waktu. Yang terjadi? Tidak terjadi apa-apa, permasalahan tersebut tetap ada :) Seorang sales person seringkali meletakkan tanggung jawabnya ketika tidak mencapai target ke faktor eksternal di luar dirinya: rekan kerja yang tidak support, atasan yang tidak perhatian, sistem yang tidak mendukung, reward yang kurang menarik, kondisi ekonomi yang lagi lesu, situasi politik yang tidak kondusif, pejabat negara yang tidak kompeten, dan lain sebagainya. Apa yang terjadi? Permasalahan tersebut akan terus ada (target tidak akan pernah tercapai) selama dia membiarkan faktor eksternal yang mengambil alih dan bertanggung jawab atas pencapaiannya, prestasinya, karirnya, kehidupannya.

Kembali lagi ke kejadian mandi di pagi hari, karena rada bete akibat air yang mengucur sedemikian pelan dan sedikit, saya iseng mengangkat tuas kerannya lebih tinggi. Apa yang terjadi? Wowww...air mengalir kencang dan deras. Padahal tadi, sumpah, saya MERASA saya sudah mengangkat tuas tersebut hingga ke posisi tertingginya.

Seringkali di dalam kehidupan, orang MERASA bahwa itulah titik tertinggi yang bisa dilakukan, dicapai, dimilikinya. Ketika mereka menganggap situasi dan kondisi NYAMAN sebagai peak-nya maka mereka merasa tidak perlu lagi belajar dan meng-upgrade dirinya. Mereka merasa tidak perlu lagi men-stretch kemampuan ataupun potensi dirinya. Padahal yang statis di dunia ini adalah PERUBAHAN itu sendiri, bukan? Di dalam organisasi, berdasarkan pengalaman, orang resisten dengan yang namanya perubahan: sistem IT dirubah, reward dan punishment disesuaikan, atasan diganti, cara kerja dirombak, rekan kerja dirotasi atau dimutasi, dan lain sebagainya, seringkali disebabkan karena mereka harus meng-adjust kembali perubahan tersebut dengan kompetensi, pengetahuan, ataupun keterampilan yang dimilikinya. Dan ini seringkali TIDAK NYAMAN. Tetapi mungkin itulah harga yang harus dibayar kalau mau MAJU!

Seorang sales person atau karyawan yang berpindah-pindah kerjaan karena menganggap lingkungan kerja dan atasan atau rekan kerja yang tidak mendukung tidak akan pernah MAJU selama dia mencari sesuatu yang NYAMAN atau RUTIN untuk dia kerjakan. Karena mengerjakan hal yang NYAMAN atau RUTIN atau SAMA terus menerus akan memberikan hasil yang SAMA, bukan? (gaji tidak pernah naik) :)

Pertanyaan berikut mungkin bisa membantu anda? Ketika anda sudah berpuas diri dan merasa nyaman, maka tanyakan ini ke diri anda: BERAPA KALI ANDA SUDAH MENCOBA SEHINGGA DAPAT BERKESIMPULAN BAHWA INI ADALAH PUNCAK ANDA? DARI MANA ANDA TAHU ANDA SUDAH MENCAPAI PUNCAK? JANGAN-JANGAN MALAH ANDA SEDANG MENURUNI BUKIT KARENA NYAMANNYA?

Lihatlah kembali POTENSI DIRI anda, mungkin sembari guyuran air shower membasahi tubuh anda :) STRETCH kembali potensi dan sumber daya internal anda! Ambil kembali TANGGUNG JAWAB bahwa anda sendirilah yang menentukan mau anda arahkan ke mana hidup anda tersebut! EFEKTIF dan KREATIFlah dalam melakukan CARA-CARA untuk mencapai tujuan anda dan dalam membina relasi dengan sesama anda!

Salam dan semakin SUKSES untuk anda, sahabat-sahabatku!


Putera Lengkong, MBA, CHt
www.PuteraLengkong.net


NB: Silahkan dapatkan bacaan sejenis dengan meluangkan waktu anda untuk mengunjungi blog saya di www.PuteraLengkong.net.

Read More..

Senin, 31 Mei 2010

Setiap Manager dan Business Owner Harus Baca Ini...


Beberapa hari yang lalu, seorang teman yang berdomisili di Maluku menelpon dan curhat mengenai 3 orang karyawannya (supporting staff) yang resign untuk berkarir di tempat lain. Padahal selama ini mereka sudah menjalin kerja sama yang baik sebagai sebuah tim. Teman saya di lapangan dan anggota timnya mendukung dalam hal administrasi, purna jual, dan layanan pelanggan.

Pindahnya ketiga orang anggota timnya membuat MUMET rekan saya ini. Selain karena dia sudah terbiasa di lapangan, dia juga kurang menguasai pekerjaan back office, yang membuatnya harus merekrut sekaligus menghabiskan waktu untuk melatih kembali orang-orang baru.

Mungkin ini bisa diilustrasikan dengan restoran CHINESE FOOD vs MCDONALD, saya memilih contoh restoran karena saya suka makan :)

Restoran Chinese Food tergantung pada keahlian dan keterampilan sang juru masak alias KOKInya. Yang diusung seringkali adalah nama koki, asal koki (expatriat dari Malaysia, China, Hongkong), dan expertise (masakan khas yang bisa dibuatnya). Bisa jadi ownernya, kaya sih tambah kaya, tapi ketar-ketir, duhhh jangan sampai koki saya dibajak oleh kompetitor! Karena ramai, kokinya mulai bertingkah: "Bos, selama ini bagi hasil saya 10% - kamu 90%, saya yang capek masak di belakang, kamu senang-senang itung duit di depan. Restoran ini ramai karena saya. Saya mau 30%, kalau tidak restoran di seberang sudah nawar saya 30%!"

Kalau sudah begini, apa yang anda lakukan? Mau tidak mau, terpaksa menyetujui, bukan? Karena mencari koki yang jago relatif susah, kalaupun ada, citarasa masakan belum tentu sama.

Sebaliknya di McDonald, si karyawan bertingkah dikit, yang didapat tulisan TRY HARDER :) Mau keluar juga banyak yang antri melamar. Mau melatih karyawan menggoreng kentang sudah ada manualnya. Mau melatih karyawan membuat McFlurry sudah ada takarannya. Mau membuat Cheese Burger sudah ada petunjuknya. Semuanya sudah ada guidance atau petunjuknya.

Terus apa yang membedakan antara restoran Chinese Food dan McDonald?

YES, betul SISTEMnya...!

Di McD semua sudah ada sistemnya. Mau buat burger, goreng kentang, goreng ayam, menyiapkan minuman, semua sudah ada manualnya. Siapa saja bisa mengerjakan.

Sementara di restoran Chinese Food, segala sesuatu hanya diketahui oleh koki yang bersangkutan, termasuk resep rahasianya :)

Dalam konteks pekerjaan atau organisasi, apakah organisasi anda sudah mempunyai SISTEM yang mendukung pekerjaan menjadi lebih EFEKTIF dan KREATIF?

Apakah setiap karyawan sudah mempunyai manual atau job description sehingga dengan membaca buku panduan bisa mengerjakan tugas sesuai ekspektasi ATAUKAH setiap karyawan baru harus anda ceritakan kembali apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya?

Apakah sistem komputerisasi anda sudah mempunyai manualnya sehingga dengan membaca buku panduannya sudah bisa mengerjakan tugas langkah demi langkah ATAUKAH setiap IT staf harus diajarkan kembali langkah demi langkah oleh anda in person?

Apa yang terjadi kalau suatu pekerjaan di organisasi anda hanya bisa dilakukan oleh 1 orang saja? Apa yang terjadi kalau yang bersangkutan keluar atau resign? Apa yang sudah anda lakukan untuk mengatasi hal ini?

Seringkali seorang manajer tidak bisa memecat karyawannya, walaupun tinggal tersisa yang BAD STOCK, karena tidak adanya SISTEM REWARD dan PUNISHMENT yang menarik EXTRA ORDINARY staf untuk tetap tinggal ataupun EXTRA ORDINARY employee untuk melamar.

Sebaliknya seorang manajer tidak bisa merekrut karyawan yang BERKUALITAS karena banyaknya orang-orang BAD STOCK yang ada dan untuk memecat mereka tidaklah mudah karena SISTEM yang tidak mendukung, misal karena titipan dari atasan, KPI yang tidak jelas sehingga tidak bisa mengukur mana yang perform mana yang tidak, dlsbnya.

Jadi?


Salam dan semakin SUKSES!

Putera Lengkong, MBA, LMNLP, CHt

www.PuteraLengkong.net/?p=375

Read More..