Jay Abraham - Income-Building Home Study System Package (eBook)

Sabtu, 09 Juni 2007

Hari Ketiga - 7 Area Keseimbangan Hidup


Hari Ketiga
SPIRITUAL


Kita hidup di dunia ini bukan hanya mengejar kesenangan duniawi saja tetapi juga kebahagiaan di akhirat. Dewasa ini, banyak yang hanya mengejar kesenangan duniawi (harta, wanita, kekuasaan) bahkan menghalalkan berbagai cara untuk mencapainya.

Semua agama dan kepercayaan pada dasarnya mengajarkan untuk mengutamakan kebahagiaan di akhirat dibandingkan kesenangan duniawi tetapi tentu saja semuanya harus seimbang.

Contoh : tante saya dalam keluarga dikenal sebagai orang yang sangat beriman. Hampir sehari-hari waktunya dihabiskan dengan berdoa, pergi ke gereja, ikut koor, ikut persekutuan, ikut kebaktian sehingga keluarganya diabaikan. Suatu saat dia baru menyadari ketika suami dan anak-anaknya mulai menjauh daripadanya. Tetapi yang dilakukan hanyalah terus berdoa dan melakukan aktifitas-aktifitas di gereja tanpa memperbaiki hubungan keluarganya. Dia berharap keluarganya dapat kembali utuh hanya dengan berdoa.

Tidak! Tidak ada mujizat yang terjadi tanpa kita melakukan sesuatu. Masih ingat poin saya di hari kedua : Berdoa dan ‘take action’ pasti menghasilkan keajaiban tetapi tidak ada sesuatu yang datang begitu saja dari langit tanpa Anda melakukan sesuatu. Setuju??? :)

Penerapan nilai-nilai spiritual ke dalam kehidupan dapat menghasilkan hidup yang lebih damai dan berarti.

Berikut adalah beberapa hal yang bisa dicoba yang telah dan terus saya praktekkan untuk dapat menikmati hidup dengan lebih damai dan penuh arti :

1. Mengikuti anjuran-anjuran yang diajarkan di dalam agama atau kepercayaan, seperti misalnya jangan membunuh, jangan mencuri, hormatilah Tuhan Allahmu, hormatilah ayah ibumu, dsbnya.

Misalkan dengan mencuri, orang lain telah dibuat menderita apalagi jika yang dicuri merupakan harta tabungan hasil kerja keras seumur hidup. Mungkin bagi mereka yang mencuri mendapatkan kesenangan duniawi karenanya tetapi jika harta tersebut telah habis ataupun takkan habis tujuh turunan, apa yang akan dibawa jika kelak mereka menempati tanah seukuran 1 x 2 meter?

2. Menjadi masyarakat yang setia dan bertanggungjawab dengan mentaati hukum-hukum di dalam negara.

Hukum dibuat untuk menjaga ketertiban dan keamanan dalam suatu komunitas. Tetapi kecenderungan di negara kita tercinta ini, hukum dibuat untuk dilanggar :) ditambah dengan penegakan hukum yang lemah. Contoh : tata tertib berlalu lintas. Banyak kendaraan yang suka menyalip dari bahu jalan karena terburu-buru, kendaraan umum ngetem seenaknya, orang menyeberang seenaknya (bukan di zebra cross), lampu pengatur jalan yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, trotoar dipakai sebagai jalur untuk kendaraan bermotor, pedagang kaki lima yang memakai badan jalan untuk berjualan. Ini adalah contoh kecil bagaimana kesadaran hukum masih sangat lemah di negara kita.

3. Mempraktekkan nilai-nilai yang diyakini ke dalam hidup sehari-hari.

Semua agama dan kepercayaan mengajarkan kebaikan. Nilai-nilai kebaikan inilah yang harus kita praktekkan dalam hidup sehari-hari dan bukan hanya menjadi wacana belaka. Tentu saja untuk menjalankan ini diperlukan komitmen dan kerendahan hati untuk membuka diri terlebih dahulu.

Kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita mengharapkan kita diperlakukan oleh orang lain. Kadang kala kita melupakan bahwa untuk diperlakukan dengan baik oleh orang lain, kita terlebih dahulu harus memperlakukan orang lain dengan baik.

Prinsipnya adalah : “Give and Take” – Memberi terlebih dahulu baru menerima. Bukan “Take and Give” – Mengharapkan orang melakukan sesuatu baru kita memberikan.

4. Menyediakan waktu untuk berhubungan dengan Tuhan YME.

Coba Anda ingat ketika Anda jatuh cinta kepada seseorang, kita ingin menghabiskan segenap waktu kita dengan orang yang kita cintai itu. Seluruh perhatian kita pun dicurahkan pada hubungan ini. Jatuh cinta pada Tuhan seharusnya sama juga. Namun kita harus bersedia memberikan waktu kita yang terbaik, bukan sisanya. Tuhan sudah memberi yang terbaik, sudah sepantasnya kita memberi-Nya yang terbaik pula.

Terkadang kita malas menyediakan waktu untuk berhubungan dengan Tuhan. Sebelum memulai kegiatan di pagi hari, kita lupa berdoa; sebelum memakan santapan kita, kita lupa bersyukur; ketika dipromosikan, kita lupa berterima kasih; ketika mendapat order, kita lupa mengucapkan syukur; ketika mau beristirahat, kita lupa memohon agar dijaga selama beristirahat; dan masih banyak lagi kelupaan-kelupaan lainnya. Apalagi menyediakan waktu secara khusus di hari Minggu untuk mengikuti kebaktian, atau di hari Jumat untuk mengikuti sholat bersama, dsbnya.

Ada sebuah cerita menarik tentang bagaimana dengan melakukan hal-hal yang kecil, akhirnya kita dapat melakukan hal yang besar termasuk dalam hubungan kita dengan Tuhan :

Seorang gadis kecil bertanya kepada ayahnya, "Ayah, bisakah seseorang melewati seumur hidupnya tanpa berbuat dosa?"

Ayahnya menjawab sambil tersenyum : "tak mungkin, nak"

"Bisakah seseorang hidup setahun tanpa berbuat dosa?" tanyanya lagi.
Ayahnya berkata: "tak mungkin, nak"

"Bisakah seseorang hidup sebulan tanpa berbuat dosa?"

Lagi-lagi ayahnya berkata : "tak mungkin, nak"

"Bisakah seseorang hidup sehari saja tanpa berbuat dosa?" gadis kecil itu bertanya lagi.

Ayahnya mengernyitkan dahi dan berpikir keras untuk menjawab: "mmmm..... mungkin bisa, nak"

"Lalu.... bisakah seseorang hidup satu jam tanpa dosa? tanpa berbuat jahat untuk beberapa saat, hanya waktu demi waktu saja, yah? Bisakah?"

Ayahnya tertawa dan berkata : Nah, kalau itu pasti bisa, nak.

Gadis kecil itu tersenyum lega dan berkata : Kalau begitu ayah, aku mau memperhatikan hidupku jam demi jam,waktu demi waktu, momen demi momen, supaya aku bisa belajar tidak berbuat dosa.

Bukankah menit demi menit yang kita pakai setiap hari untuk berhubungan dengan Tuhan dapat membuat jam demi jam yang kita habiskan setiap minggu di Mesjid ataupun di Gereja menjadi tidak terasa?

5. Mengikuti acara-acara keagamaan secara tetap.

Dengan mengikuti acara keagamaan ataupun kepercayaan secara rutin membuat kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan juga dapat dipakai sebagai sarana untuk bersosialisasi dan membangun keakraban antar sesama umat.

Saya yakin, poin-poin di atas sudah sangat Anda ketahui tetapi bukankah dengan saling mengingatkan kembali, hidup ini dapat menjadi lebih indah dan berarti…
Salam Sukses untuk Anda!

Tidak ada komentar: